Rabu, 07 Oktober 2009

Bio Cyclo Farming in Building Sustainable Development System in Indonesian Villages

The effect of global warming that is stimulated from the accumulation of carbon monoxide on the atmosphere has already been worse and worse widely. The north and south pole is rapidly melting contributing the surface of sea level increasing steadily (mengancam) many coastal areas around the world, especially northern America’s coast. One of the best solution in diminishing the rate of global warming force is by inactivating all kinds of energy source materials that produce carbon monoxide gas to the air. Consequently, we have to prepare to discover another energy source material which does not only fulfill the energy needs but also has the positive impacts for the environment and economy-social life. In other words, we have to find out immediately the energy source materials that can maintain a sustainable development without any high risks for human life.
The using of cow’s feces as raw materials in producing biogas is one of the best alternative energy because of many positive impacts that comes from this kind of alternative energy. Biogas, made from the cow’s feces is an efficient alternative energy because we can find the raw material around the cow ranch with free of charge and in an easy way. The waste of this kind of biogas still can be used for agricultural needs as organic (pupuk) or liquid (pupuk).
The implementation of this biogas has been applied in some villages in Indonesia. These are villages that apply in biogas making process. First, Srigading Village, East Java, by Slamet hands, now 4780 villagers, able to enjoy using biogas for their daily needs, such as lightning, cooking, and boiling the water. Before the biogas produced, the villagers only used the burnt wood for cooking needs. They were not able to use the kerosene because of the price was highly increased.
This is an effort that Slamet did to produce biogas by his simple digester. With saved money about 1,2 million rupiahs, Slamet started to construct a bio digester consisted of two (bak) to process cow’s feces to biogas. To produce biogas that is enough for cooking in days, Slamet put the 40 kilograms feces from his two cows into collected (bak) one time in two days. Those feces mix with water and (didiamkan) for six days until the fermentation process cleared. Then, this mix will produce gas that is connected to the second (bak) with PVC pipe. Campuran air dan kotoran sapi ini akan memproduksi gas yang dihubungkan ke bak kedua dengan pipa PVC. Sebuah pipa yang lain akan mengalirkan gas dari bak penampung ke kompor, dan biogas pun siap dipakai untuk memasak. Enam hari setelah menyelesaikan konstruksi biodigesternya, Slamet berhasil menyalakan api di kompor gasnya menggunakan gas alternatif tersebut. “Yang bikin bangga, ternyata saya bisa juga menyulap kotoran sapi jadi api,” kata Slamet sambil tertawa. – taken from an article in website ‘Biogas Pertama Srigading: Slamet Sulap Kotoran Sapi Jadi Bahan Bakar’-
Kedua, Hardiono, ketua Kelompok Tani Sido Makmur di Ngaringan juga berhasil mengembangkan kotoran sapi menjadi biogas. Proses pembuatan biogas Hardiono tidaklah jauh berbeda dengan Slamet. Teknis pembuatan biogas dari telethong sapi juga cukup sederhana. Mulanya, kotoran sapi dicampur air dalam sebuah bak penampung yang disebut digester. Perbandingannya, setiap satu ember telethong dicampur dengan satu ember air. Lalu, campuran itu disalurkan melalui selang/ pipa plastik ke tabung gas yang diteruskan ke kompor gas. "Kompor gas siap dipakai untuk memasak. Kualitas apinya tidak kalah dengan kompor gas umumnya. Sehari kira-kira hanya butuh dua ember telethong dan dua ember air untuk masak pagi sampai sore," tambah dia. – taken from an article in website ‘Kotoran sapi untuk bahan bakar memasak ‘-
Dari kedua contoh desa yang telah menerapkan pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas di atas, kita dapat melihat bahwa biogas ini tidak hanya sebuah upaya penghematan energy yang bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga bermanfaat bagi peningkatan kehidupan ekonomi social masyarakat pedesaan setempat. Dari segi lingkungan, sudah amat jelas bahwa biogas ini tidak merusak lingkungan dikarenakan CO2 yang dihasilkan langsung dapat diserap tanaman sehingga emisi yang dihasilkan di atmosfer sangat sedikit. Penggunaan biogas ini dapat pula meminimalisir bahkan menghilangkan ketergantungan energy pada kayu bakar, minyak tanah, dan batu bara yang jelas-jelas menghasilkan emisi karbon yang tinggi di atmosfer. Dari segi ekonomi, penggunaan biogas ini terbukti memperbaiki kondisi ekonomi di pedesaan setempat. Jika dihitung, pemakai biogas dari telethong dapat menghemat uang cukup banyak. Bayangkan, jika sehari dia rata-rata setiap KK (kepala keluarga) memakai minyak 1 liter dengan harga Rp 2.500 per liter. Jika yang memakai 16 rumah, berarti sudah irit Rp 40.000 per hari. Atau Rp 1,2 juta per bulan, dan Rp 14,4 juta per tahun. Dengan adanya peningkatan kondisi ekonomi pedesaan ini, maka secara tidak langsung, penggunaan biogas dari kotoran sapi ini juga berdampak positif pada peningkatan strata social di masyarakat pedesaan. Ambil contoh seorang Slamet yang tadinya hanya seorang peternak sapi dengan hasil penjualannya sebatas susu hasil perahannya. SEkarang, Slamet tengah menjadi seorang pengusaha kecil biogas dan melayani warga desanya untuk membuat digester sederhana.
Pengembangan dan penelitian lebih lanjut mengenai teknologi biogas dari kotoran sapi ini kiranya perlu segera dilakukan. Selama ini kendala yang dihadapi adalah digester buatan yang digunakan oleh masyarakat setempat masih terlalu sederhana sehingga belum bisa menghasilkan pasokan energy yang simultan. Mungkin saja aplikasi teknologi pembuatan biogas ini menggunakan teknologi yang lebih modern, teknologi fermentasi yang menggunakan bakteri tertentu untuk dapat lebih cepat dan lebih banyak menguraikan zat yang ada pada kotoran sapi menjadi biogas. Atau mungkin diperlukan sebuah desain digester yang lebih futuristik dan efektif sehingga dapat menghasilkan biogas lebih banyak daripada jumlah biogas pada desain awal yang amat sederhana. Lalu timbul sebuah pertanyaan, kenapa hanya kotoran sapi yang dapat menghasilkan biogas, apakah kotoran kambing dan ayam dapat pula dijadikan bahan baku pembuatan biogas?? Jika kotoran kambing ataupun ayam dapat dijadikan bahan baku, maka masyarakat pedesaan tidaklah harus memiliki kotoran sapi untuk dapat menghasilkan biogas bagi keperluannya sehari-hari. Masyarakat cukup menggunakan kotoran kambing ataupun ayam sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan harga seekor sapi yang terbilang cukup mahal jika dibandingkan dengan harga seekor kambing atau ayam. Inilah beberapa hal yang memerlukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut.
Upaya pengembangan biogas dari kotoran sapi ini sebenarnya sudah dirintis oleh Business Technology Center (BTC-BPPT) bekerja sama dengan PT. Pasir Emas melalui metode Bio Cyclo Farming. Melalui metode ini, suatu hari nanti harapannya Indonesia memiliki sebuah desa dengan sebutan Desa Mandiri Energi. Hanya saja sampai saat ini, model Bio Cyclo Farming baru bisa diterapkan pada suatu wilayah yang berbasiskan pertanian, belum merambah kepada wilayah yang lebih heterogen apalagi merambah sampai ke perkotaan. Akan tetapi, ini bukanlah menjadi persoalan berarti bagi wilayah-wilayah pedesaan di Indonesia yang notabenenya adalah pedesaan pertanian. Dengan kata lain, model Bio Cyclo Farming cukup sesuai dengan karakteristik geografis dan social masyarakat Indonesia. Sehingga suatu saat nanti, kita dapat menyaksikan sebagian besar desa di Indonesia merupakan Desa Mandiri Energi yang menggunakan alternative energy biogas dari kotoran sapi. Lebih dari itu, Indonesia dapat menjadi negara pertama di dunia yang dapat meninggalkan ketergantungan energy dari hasil olahan minyak bumi maupun batubara dan dapat berperan secara signifikan dalam mengurangi emisi gas karbonmonoksida di atmosfer bumi sehingga bahaya global warming dapat teratasi secara bertahap. Selain itu, Indonesia dapat pula menjadi role model bagi banyak negara di dunia, khususnya negara berkembang lainnya, dalam hal kepemilikan energy supply system yang cukup sustanaible environmentally,socially,and economically.

Membentuk Mahasiswa Fateta yang lebih CERDAS, PEDULI, dan BERSAHABAT

Fakultas Teknologi Pertanian dapat dikatakan sebagai fakultas terbaik yang ada di Institut Pertanian Bogor. Hal ini terbukti dari beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Fateta, PITP misalnya. PIPT dapat pula dikatakan sebuah perpustakaan yang cukup elite dibandingkan perpustakaan IPB sekalipun. Lalu, ada pula Techno-Park, sebuah pilot plant yang bergerak dalam bidang agroindustry di IPB. Kantin SAPTA yang cukup ramai dikunjungi turut memberikan kontribusi kepada Fateta untuk menjadi salah satu fakultas terbaik di IPB. Selain itu, mahasiswa Fateta telah dipercaya dari tahun ke tahun sebagai mahasiswa IPB yang cukup aktif dalam menoreh prestasi-prestasi baik dalam ajang internal kampus, local, nasional, maupun internasional. Mahasiswa berprestasi IPB tahun 2009 adalah mahasiswa didikan Fakultas Teknologi Pertanian. Delegasi Indonesia dalam lomba pangan yang digelar di California beberapa bulan yang lalu pun merupakan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian.
Akan tetapi indicator-indikator tersebut rasanya belumlah lengkap untuk sebuah gelar TERBAIK yang disandang oleh sebuah fakultas. Ada indicator lain yang diperlukan untuk melengkapi gelar tersebut. Indikator tersebut belum sepenuhnya tercapai sampai saat ini Fateta berdiri. Indikator apakah itu?? SOLIDARITAS dan SPIRITUALITAS. Solidaritas di Fateta menjadi suatu yang imajiner hanya ada dalam harapan beberapa orang dan terlintas dalam forum-forum kecil belum menjadi sebuah nilai yang tertanam kuat di semua stakeholders yang ada di Fateta. Bahkan nilai ini terancam punah dari hamparan kampus merah, dikarenakan semangat ash-shobiyah atas nama departemen yang begitu menggebu-gebu dan dipuja-puja pada semua tataran, baik tataran mahasiswa Fateta maupun dosen dan pegawai Fateta, apalagi alumni-alumni jebolan fakultas ini yang notabenenya dapat disebut sebagai produk kontaminan ash-shobiyah ini. Spiritualitas merupakan nilai kedua yang dirasa belum begitu melekat pada mahasiswa Fateta khususnya. Tingkat partisipasi mahasiswa Fateta dalam kegiatan keagamaan yang begitu rendah menjadi indicator kuat bahwa Fateta belum memiliki nilai spiritualitas yang baik. Banyak factor yang menyebabkan ini dapat terjadi. Bisa jadi penyebabnya ada dalam diri mahasiswa Fateta sendiri yang benar-benar enggan menghadiri kegiatan keagamaan yang ada di Fateta atau bisa jadi pula disebabkan oleh kurang optimalnya kinerja lembaga dakwah fakultas , Forum Bina Islami Fateta.
Oleh karena itu, berangkat dari dua nilai besar ini, konsep Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Fateta 2009 disusun demi melakukan perubahan-perubahan demi Fateta yang lebih baik sehingga gelar ‘TERBAIK’ ini benar-benar disandang sepenuhnya oleh Fateta dan menjadi role model bagi fakultas lainnya. Dari semangat perubahan ini, lahirlah sebuah visi: ‘Menjadikan Fateta yang lebih CERDAS, PEDULI, dan BERSAHABAT’. Cerdas yang dimaksud disini adalah bukan hanya cerdas secara intelektual tetapi cerdas secara spiritual juga karena memang nilai spiritualitas-lah yang belum sepenuhnya dimiliki oleh mahasiswa Fateta. Indikator yang diharapkan dari nilai cerdas secara spiritual ini adalah mahasiswa Fateta memiliki keimanan yang baik dan terbina dalam bingkai TARBIYAH. Dalam aplikasinya nanti di lapangan, nilai spiritualitas ini akan coba ditanam dengan bantuan kerjasama dari Lembaga Dakwah Fakultas, Forum Bina Islami dan lembaga kerohanian lainnya bagi mahasiswa yang beragama non-Islam. Lalu, untuk nilai solidaritas, perlu disadari bahwa untuk menanamkan nilai solidaritas yang dapat melekat bukanlah suatu perkara yang mudah. Diperlukan metode-metode yang tersusun sistematis, konkrit, dan dinamis. Indikator yang cukup realistis, kira-kira dapat dicapai, untuk nilai solidaritas ini adalah tumbuhnya rasa kepedulian yang tinggi antar sesama mahasiswa Fateta dan kepedulian akan kondisi lingkungan sekitar. Indikator lainnya adalah terbentuknya tali persahabatan yang erat antar semua stakeholders di Fateta.
Ketiga nilai ini, CERDAS, PEDULI, BERSAHABAT akan diterapkan secara formal dan non formal dalam konsep MPF yang berbeda dari tahun sebelumnya. Dengan metode Accelerated Learning dan Cognitive Behavioral Therapy, ketiga nilai tersebut coba ditanam dengan kuat pada diri mahasiswa Fateta 45 baik pada hari sebelum dilaksanakannya MPF , berlangsungnya MPF maupun pasca MPF. Artinya penanaman ketiga nilai ini tidak dapat dilakukan secara parsial dan temporal saja melainkan harus dilakukan secara integral dan berkelanjutan agar nilai-nilai ini terinternalisasi dan akhirnya mengkristal dalam jati diri mahasiswa Fateta.

Fenomena Laskar Pelangi di Langit Dramaga

Hampir semua orang yang pernah ke bioskop pasti tahu sebuah film layar lebar yang disutradarai oleh Riri Riza ini, yaitu Laskar Pelangi. Laskar Pelangi merupakan film layar lebar yang begitu laris. Jutaan orang telah menontonnya mulai dari anak2 sampai orang tua. Tak hanya unsure-unsur entertainment yang disuguhkan tetapi unsure-unsur edukasi pun yang penuh dengan sarat makna disajikan dengan kemasan yang menarik dalam Laskar Pelangi. Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata anak2 Belitung yang berjuang keras untuk tetap belajar pergi sekolah walaupun uang tak ada dan sarana prasarana tak memadai. Ikal, Harun, Lintang, dan Mahar nama mereka. Di lain hal, beberapa anak sepantaran dengan mereka lebih memilih untuk membantu kedua orang tua mereka mengais rejeki di pabrik-pabrik timah dan bernelayan tanpa sama sekali acuh dengan nasib pendidikan mereka. Bukan berarti pula, Lintang dan kawan2 sama sekali tidak membantu orangtua mereka, mereka pun membantu orang tua mereka ketika waktu sekolah usai atau libur. Sangat mulia apa yang mereka lakukan!
Pada tanggal 24 Mei 2009, malam hari ketika saya berada dalam sebuah angkot ‘Kampus Dalam’ dari Jakarta menuju Al Inayah, sebuah pesantren dimana saya tinggal, saya memperhatikan dua orang anak yang masih muda belia menjadi seorang supir angkot dan kenek, tepat di angkot yang saya tumpangi. Terlintas di benak saya dua pandangan, pandangan yang positif dan pandangan kekhawatiran yang mendalam. Pandangan pertama: mungkin saja mereka melakukan itu semua demi membantu orang tua mereka dalam mengais rejeki atau meringankan beban orang tua mereka semata-mata untuk membiayai pendidikan mereka, pikir saya. Pandangan yang lain: apa benar mereka telah putus sekolah demi menjadi supir angkot karena mereka pikir buat apa sekolah tinggi-tinggi menghabiskan banyak duit tapi toh nanti akhirnya jadi kuli-kuli juga?? Pikir saya dengan seribu tanda tanya yang disertai kekhawtiran itu. Akan tetapi pandangan saya lebih cenderung mengarah pada pandangan kekhawatiran tersebut.
Pada tempat berbeda, kampus Dramaga tercinta, tapi dengan kekhwatiran yang sama, saya teringat teman2 kecil saya yang hampir setiap hari dari pagi sampai senja menyapa kadang ditemani dengan orang tua menjajakan kue-kue atau donat jualannya kepada mahasiswa yang lalu lalang di hadapan mereka. Sebagian dari mereka ada yang masih melanjutkan sekolah tapi ada pula yang tidak sekolah karena tidak mampu untuk bersekolah atau mungkin mereka merasa lebih asik berdagang dengan penghasilan sendiri daripada belajar ke sekolah seperti anak-anak lainnya. Apa yang diceritakan pada film Laskar Pelangi mengenai anak2 yang lebih memilih untuk menjadi kuli (hanya sedikit dari mereka yang belajar pergi ke sekolah) tampak dengan jelas terjadi pula di Dramaga. Benar memang fenomena Laskar Pelangi telah terjadi di langit Dramaga, sebuah langit dari daerah kecil di Indonesia. Entah berapa banyak fenomena ini ada di seluruh Indonesia dan berapa jutaan anak dengan nasib yang sama??
Ini semua adalah cerminan kondisi anak bangsa Indonesia. Melihat kondisi yang amat memprihatinkan ini, apakah Indonesia dapat keluar dari rongrongan kemiskinan?? Dapatkah bangsa ini terbebas dari belenggu kebodohan?? Dapatkah??

Minggu, 18 Januari 2009

Pertanian untuk PEMUDA

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, dunia pertanian menjadi salah satu aspek kehidupan yang penting dan telah menjadi sorotan utama dalam mengawali sebuah pembangunan perekonomian suatu negara, khususnya negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina. Dunia pertanian tidak lagi dipandang sebelah mata. Sejarah telah membuktikan bahwa sebelum terlaksananya revolusi industri, revolusi hijau terjadi lebih dahulu. Akan tetapi, waktu pun berlarut, ketika revolusi industri hadir ke permukaan, semua stake holders beralih pada segala aktivitas industri atau aktivitas hilir dan mulai meninggalkan lahan-lahan pertanian. Alhasil, lahan-lahan pertanian pun terbengkalai, berdampak pada produksi pertanian yang mengalami penurunan serta melahirkan sebuah paradigma baru. Paradigma baru yang mulai tertancap di benak para pemuda dan masyarakat umum lainnya. Paradigma ini berkata bahwa dunia industri lebih berperan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara dan dunia ini lebih bergengsi daripada dunia pertanian yang notabene berada di atas sawah dengan lumpur yang kotor dan kerbau yang bau. Bagai kacang lupa dengan kulitnya. Kemajuan dunia industri bukanlah disebabkan semata-mata oleh kerja keras peindustri melainkan banyak kontribusi dan sumbangsih yang berarti dari dunia pertanian kepada dunia industri. Konsep hulu-hilir merupakan sebuah syarat kemajuan dunia pertanian maupun dunia industri. Tanpa industri, pertanian masih bisa bertahan walaupun tidak dapat begitu berkembang. Namun, tanpa pertanian, industri akan mati lumpuh dikarenakan tidak ada suplai bahan baku yang tersedia. Ternyata, kebenaran konsep ini terbukti. Ditengah-tengah hiruk pikuk kemajuan industri, dunia pertanian kembali menjadi sorotan utama dan diyakini memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Amerika Serikat dan Jepang merupakan role model yang baik dalam penerapan konsep hulu-hilir ini. Kita ketahui bahwa AS merupakan negara produsen terbesar jagung dan gandum. AS pula merupakan produsen terbesar tepung gandum yang diimpor oleh Indonesia sebagai bahan baku pembuatan mie instan ala Indofood, indomie, supermie, sarimie, dan masih banyak lagi jenisnya.
Kesadaran akan pentingnya dunia pertanian ini tidak sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya para pemuda. Banyak para pemuda yang memiliki latar belakang keluarga petani telah enggan untuk kembali bersawah meneruskan jejak langkah nenek moyangnya. Apalagi pemuda yang memiliki latar belakang kehidupan keluarga yang glamour tidak pernah sekalipun melihat sawah karena telah tumbuh dan besar sekitar kota yang dihiasi gedung-gedung tinggi pencakar langit. Para pemuda saat ini beranggapan bahwa profesi sebagai seorang petani adalah sebatas profesi bagi orang kampung dan orang-orang tua saja. Pemuda lebih tertarik untuk berprofesi sebagai seorang eksekutif muda, dokter, pokoknya semua profesi yang terbilang bergengsi. Pemuda belum sepenuhnya memahami dunia pertanian dalam artian yang luas. Hal ini tidaklah salah, hanya saja bukan berarti tidak ada satupun para pemuda yang peduli terhadap pertanian. Seiring dengan arus globalisasi yang begitu deras menelusuri semua penjuru kota bahkan desa, dunia pertanian kian dilupakan karena para pemuda sudah terlalu diracuni oleh gaya-gaya hedonisme dan materialisme. Pemuda kini hanya ingin menjadi seorang yang berduit dengan sekali kejapan mata, serba instan dan tanpa kerja keras. Tentu, karakter ini amat bertolak belakang dengan falsafah pertanian yang menjunjung tinggi kerja keras dan kedisiplinan. Pemuda-pemuda terpelajar yang tengah duduk di bangku sekolah maupun kuliah selalu beranggapan bahwa pertanian adalah terjun ke sawah atau ladang dengan cangkul, caping, dan sepasang kerbau yang sedang membajak sawah. Begitu sempitnya pandangan ini! Kenapa para pemuda memiliki minat dan perhatian yang minim terhadap pertanian??? Karena bayangan yang dalam mata mereka pertanian hanyalah sebatas seperti itu. Pemerintah dan aparaturnya seharusnya dapat mensosialisasikan kepada masyarakat luas, khususnya kaum muda, tentang arti pertanian dalam artian yang luas. Dunia pertanian sendiri sebenarnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu On Farm dan Off Farm. On Farm adalah segala aktivitas pertanian yang berada di alam terbuka atau di atas lahan-lahan pertanian. Sedangkan, off farm adalah segala aktivitas pertanian yang berada pada alam terttutup, maksudnya aktivitas petanian yang merambah ke dunia industri. Terkenal dengan sebutan agroindustri. Dengan kata lain, off farm adalah aktivitas para petani ‘berdasi’. Nah, pengertian tentang off farm inilah yang belum begitu dipahami penuh oleh para pemuda sehingga minat pemuda amat kurang dalam dunia pertanian. Jika pemuda mengetahui pengertian pertanian dalam artian yang luas ini dan menyadari betapa pentingnya dunia pertanian dalam perekonomian bangsa, para pemuda pasti akan berkejaran merebut peluang-peluang usaha dalam pertanian. Kini sudah saatnya, pemuda berperan lebih dalam pertanian dengan mengisi pos-pos yang dibutuhkan. Sempitnya peluang kerja pada bidang non-pertanian, pemuda seharusnya membuka mata pada dunia pertanian yang terbuka lebar dan juga amat prospektif ini apalagi didukung dengan hamparan agraris Indonesia yang begitu luas. Adanya hubungan simbiosis mutualisme antara pemuda dan pertanian merupakan sebuah hal yang tidak bisa dipungkiri. Pemuda membutuhkan pertanian dan pertanian tanpa pemuda bagaikan mesin tanpa bahan bakar.
Pemuda begitu diharapkan oleh kaum golongan tua untuk bergerak membawa perbaikan dan perubahan menuju sebuah kebangkitan. Tentunya, harapan ini jatuh pada kaum muda yang memiliki intelektualitas, moralitas, dan spiritualitas yang tinggi. Kaum muda yang memiliki ketiga komponen tersebut, diyakini oleh masyarakat, adalah mahasiswa. Kenapa mahasiswa?? Karena mahasiswa adalah salah satu elemen masyarakat yang masi memiliki semangat yang berkobar, idealisme yang kuat, dan cita-cita yang tinggi. Boedi Utomo dan Serikat Islam adalah organisasi pemuda intelek yang berani melawan penjajahan Belanda. Tritura, Tiga Tuntutan Rakyat, mendesak rezim orde lama untuk segera membubarkan PKI dan menurunkan harga sembako. Reformasi yang digalang oleh mahasiswa juga berperan menjatuhkan rezim orde baru. Revolusi Perancis, revolusi industri Inggris, jatuhnya Konstantinopel, majunya Khalifah Islamiyah adalah prestasi kaum-kaum muda yang intelek, bermoral, dan berspiritual. Akankah kebangkitan kelak akan diawali pula oleh kaum muda?? Akankah kemajuan pertanian dan perekonomian akan dipelopori oleh kaum muda?? Semua mata kini tertuju pada kaum muda, baik pihak yang ingin meracuni kaum muda dengan ‘virus-virus peradaban’ maupun pihak yang hendak mendongkrak prestasi kaum muda dengan ‘mutiara-mutiara peradaban’. Asalkan para kaum muda mau dan yakin , pasti cita-cita bangsa ini akan terwujud. Pemuda pasti bisa!!
Dalam menyalurkan segala bakat dan minat kaum muda – mahasiswa - serta mengeksplorasi potensi-potensi kepemimpinan mahasiswa, mahasiswa membutuhkan sebuah wadah yang independen, legal,dan dinamis dalam lingkungan kampus. Wadah ini dipercaya adalah organisasi kemahasiswaan. Sudah begitu banyak organisasi kemahasiswaan yang terbentuk sampai hari ini, baik organisasi internal maupun eksternal kampus. Beberapa contoh organisasi internal kampus yang paling berpengaruh adalah Badan Eksekutif Mahasiswa atau Senat, Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan Himpunan Profesi. Sedangkan beberapa contoh organisasi eksternal kampus yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Gerakan Nasionalis Pemuda Indonesia (GNPI). Semua organisasi kemahasiswaan ini berperan penting dalam menggali dan menyalurkan potensi. Semua organisasi ini juga memiliki ciri khas dan caranya masing-masing dalam melakukan ‘manuver-manuver’ aktivitas pergerakan organisasinya. Sudah begitu banyak pula prestasi-prestasi yang diberikan oleh organisasi kemahasiswaan bagi kampus, masyarakat, dan lingkungan sektitar. Bakti Sosial, penanaman sejuta pohon, santunan anak yatim, penyuluhan kesehatan, dan berbagai bentuk pengabdian masyarakat lainnya. Tidak hanya bergelut dalam aspek social responsibility, tetapi mahasiswa dalam keikutsertaannya melalui organisasi kemahasiswaan juga telah membuktikan bahwa mereka juga turut serta memperkaya khasanah ilmu pengetahuan melalui penelitian dan uji coba. Lebih dari itu, organisasi kemahasiswaan juga berperan aktif dalam menanggapi isu-isu nasional maupun internasional yang terjadi baik isu-isu yang terkait dengan dunia politik,ekonomi, hukum, HAM, maupun pertanian yang akhir-akhir ini menjadi sorotan sentral bagi kemajuan perekonomian dunia, khususnya negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Dalam mewujudkan pembangunan pertanian dunia yang menyeluruh dan signifikan, peran serta mahasiswa dan keorganisasian kemahasiswaan merupakan sebuah keharusan dan kepastian. Hal ini dikarenakan pertanian membutuhkan insan-insan yang berjiwa muda dan ksatria untuk berkorban sekuat tenaga dan pikiran demi kemajuan dunia pertanian. Tanpa peran serta mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan, pemerintah dan lembaga terkait akan berjalan lumpuh dan berjuang secara parsial tidak secara integral atau menyeluruh. Kita ketahui bahwa untuk memajukan dunia pertanian dibutuhkan sebuah inovasi-inovasi yang biasanya sering lahir dari ide-ide insan-insan muda, seperti mahasiswa. Mahasiswa pun tidak bisa dilepas begitu saja. Mahasiswa juga membutuhkan arahan dan bimbingan dari pemerintah dan lembaga profesional terkait untuk duduk dan berjuang bersama memajukan pertanian, menuju kepemimpinan unggulan pertanian tropika ASEAN 2015. Saya rasa hal ini bukanlah suatu yang tidak mungkin dicapai dikarenakan segenap potensi dan kemampuan mahasiswa dalam memajukan pertanian sudah dibuktikan melalui beberapa temuan produk pertanian dan rekomendasi-rekomendasi pembangunan pertanian sebagai hasil dari kajian-kajian tentang pertanian yang dilakukan secara intensif oleh mahasiswa. O-Belt Tresher merupakan bukti konkret kontribusi pemuda bagi dunia pertanian. Sebuah alat mesin pertanian yang berfungsi sebagai mesin perontok padi. Lalu beberapa rekomendasi mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI bagi pengentasan masalah krisis pangan yang melanda dunia dan beberapa daerah di Indonesia beberapa bulan yang lalu. Ini semua merupakan bentuk kepedulian mahasiswa dalam menanggapi isu-isu terkait pertanian. Ini memang bukanlah sebuah karya besar yang dapat disandingkan dengan karya-karya para pahlawan kemerdekaan, tetapi karya ini juga patut diacungi jempol dan didukung sepenuhnya agar lahir kembali inovasi-inovasi yang diharapkan dapat menjadi solusi atau jalan keluar dari sekelumit permasalahan pertanian yang ada. Sudah saatnya kini pemerintah dan swasta menggandeng mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan dalam melakukan segala proyek-proyek pembangunan bangsa ini, khususnya pertanian tropika. Yakinlah bahwa diantara pemuda yang enggan bergelut dalam dunia pertanian, masih ada beberapa pemuda yang peduli dan antusias berjuang dan berkorban demi kemajuan dunia pertanian. Hidup pemuda Indonesia, hidup pertanian-ku!

Arti Sosok Pemuda Harapan

Pemuda adalah jiwa seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik. Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Dengan ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian yang ada disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang mengeluarkan sinar kebaikan. Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin tirani dan monster-monster kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi keadilan dalam masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan. Dengan kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi bangsa dan agamanya tanpa putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata Istananya di surga kelak. Dengan segenap potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan energi terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan nusa. Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’. Banyak manuskrip-manuskrip tempo dulu yang melukiskan tindakan-tindakan heroik pemuda dalam melakukan sebuah revolusi, renovasi, dan rekonstruksi peradaban bangsanya. Sebut saja, seperti dr Sutomo dan dr Wahidin Sudirohusodo, tokoh pemuda, yang mendirikan pergerakan Budi Oetomo. HOS Cokroaminoto, pendiri Sarekat Islam, adalah orang-orang muda pada zamannya. Bung Karno dan Bung Hatta memimpin rakyat Indonesia menuju kemerdekaan pada usia yang masih muda pula, sekitar 44 dan 43 tahun. Revoulsi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki dan gereja juga dipelopori oleh kaum intelektual muda. Di Rusia, Revolusi Bolsevik menumbangkan Tsar Nicholas II beserta Dinasti Romanov. Revolusi Hongaria meletus di tangan para pemuda dan mahasiswa yang menetang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan boneka. Eropa Barat jugamenyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an: mahasiswa Spanyol bangkit menentang diktator Jenderal Franco pada 1965;hal yang sama juga terjadi di Perancis, Italia, Belgia, dan negara Eropa lainnya. Di dunia Islam Asia-Afrika, para mahasiswa dan pemuda bangkit mempelopori perlawanan terhadap penjajah di sepanjang paruh pertama abad ke-20 sampai tahun 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Aljazair 1954, mengenyahkan Perancis dari tanah itu. Mereka juga berhasil mengusir Inggris dari Mesir. Sejak 1987 hingga sekarang, anak-anak muda bahkan yang masih bocah, telah meletuskan gerakan intifadhah melawan penjajahan Israel di Palestina (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Keynote Speech dalam Kebangkitan Kembali Pemuda Indonesia 1908-2008). Dunia maya pun mengakui bahwa gerakan heroik menuju sebuah perubahan yang baik selalu dilakoni oleh sosok kumpulan anak-anak muda. Sebut saja, seperti Power Rangers, Batman, Spiderman, Fantastic Four, X-Man, dan Kura-Kura Ninja. Semua karakter yang ada dilakoni oleh pahlawan-pahlawan muda dalam dunia maya, bukanlah golongan tua. Bukan berarti bahwa golongan tua tidak berperan penting disini. Golongan tua berperan dalam menasehati kaum muda dan mengarahkan kaum muda kepada jalan yang benar dengan sejuta pengalaman yang pernah dirasakan. Akankah prestasi-prestai kaum muda ini hanya menjadi romatisme sejarah belaka?? Akankah tindakan-tindakan heroik ini akan terus berlangsung? Akankah kebangkitan kelak berawal dari tangan para pemuda pula?? Sejarah pasti akan terulang, kita hanya menunggu waktu dan momen yang tepat saja.

Optimisme akan sebuah kebangkitan harus selalu tumbuh dalam benak kita. Akan tetapi optimisme tersebut akan menjadi sebuah mimpi belaka yang terbang tinggi, lalu kehabisan energi, hingga akhirnya akan jatuh tergopoh-gopoh, terseret di atas tanah, dan akhirnya akan terkubur ditimbun tanah. Kenapa hal ini bisa terjadi?? Ini semua akan terjadi jika degradasi moral para pemuda yang terjadi saat ini tidaklah segera dihentikan. Carut marut kondisi para kaum muda hari ini merupakan refleksi keterpurukan suatu bangsa. Kondisi ini amat jauh dari cita-cita kebangkitan peradaban, yang ada hanyalah prahara. Hedonisme, materialisme, chauvinisme, satanisme, dan penyakit ‘freesex’ telah menjadi candu yang merusak moral kaum muda. Kaum muda kini tidak berbeda jauh kebiasaannya dengan kaum sekuler yang melupakan kebesaran Tuhan Yang Mahas Esa. Kitab-kitab suci dipajang sepanjang masa di dalam rak-rak lemari. Pemuda lebih tertarik untuk membaca majalah Playboy, Hai, CosmoGirl, komik Golden Boy, Sinchan ataupun Naruto yang kini dapat dengan mudah dibaca dan diakses melalui internet online. Perintah-perintah Tuhan mereka hiraukan, lalai dan tertipu daya oleh nikmatnya dunia. Agama dan peribadatan hanya sebatas kegiatan rutinitas dan ritualitas belaka bukan dijadikan pedoman dalam hidup dan bergerak. Nilai-nilai spiritualitas dipisahkan dilempar jauh-jauh dari segi-segi kehidupan yang luas. Bagi pemuda ini, mereka menganggap, ceramah hanya ada di masjid-masjid. Puasa dan shalat malam hanya ada dalam bulan Ramadhan. Begitu banyak dikotomi-dikotomi yang dibuat-buat oleh para pemuda zaman ini. Dari segei moral, pemuda saat ini mengalami degradasi moral yang mencapai titik kulminasi yang mengkhawatirkan. Begitu mudah para pemuda bertutur kata dengan untaian kata-kata kotor yang tidak pantas untuk diucapkan. Sahutan kepada teman sebaya, mereka lakukan dengan panggilan-panggilan hewan. Sudah tak heran pula kini melihat anak-anak muda menghina orang-orang tua bahkan orangtua mereka sendiri di depan khalayak ramai. Andaikan saja, peristiwa Malin Kundang kembali terulang, maka sudah jutaan patung batu anak muda yang terbujur kaku sekarang ini. Secara intelektual, pemuda Indonesia adalah pemuda-pemuda yang begitu konsumtif. Hal ini dikarenakan pemuda kita hanya bisa menunggu produk terbaru apalagi yang akan muncul ke pasaran untuk mereka beli dan pamerkan. Tidak seperti para kaum intelektual muda di Jepang, mereka berpikir produk apalagi yang akan mereka ciptakan. Kini, para pemuda-pemuda beranggapan bahwa percuma sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya jadi penganngguran juga. Pemuda lebih memilih untuk absen dari sekolah dan kuliah pergi ke mall, nonton fil-film keluaran terbaru di bioskop-bioskop kesayangan mereka atau mampir di game online center, menghabiskan uang saku dan waktu berjam-berjam memainkan Ragnarok, Dhota, dan game-game lainnya. Sungguh miris rasanya ketika melihat para kaum muda hanya menghabiskan kehidupan sehari-harinya di dalam mall, ditemani gemerlapnya lampu-lampu dskotik, di atas panggung hiburan, terperosok dalam jurang narkoba, dan akhirnya mati sia-sia meninggalkan bau bangkai bagi peradaban umat manusia. Sungguh menyedihkan! Lebih dari itu, kini kaum muda lebih mudah melatunkan lagu-lagu rock n roll ala Metallica, lagu-lagu pop ala Barat dan Jepang, daripada melatunkan lagu-lagu tradisional dan lagu kebangsaan. Anak-anak kecil-pun kini lebih suka berjoget ala Inul Daratista dan bergoyang seperti Dewi Persik, dan bercita-cita menjadi idola cilik dadakan dengan jutaan penghasilan. Anak-anak kecil saat ini sedikit yang bercita-cita inigin menjadi pahlawan kebaikan. Siswa-siswayang masih duduk di bangku-bangku sekolah pun demikian kondisinya. Para siswa terlalu disibukkan dengan dunia pergaulan bebas dimana mereka begitu bersemangat dalam mencari lawan jenisnya untuk dijadikan kekasihnya. Apa jadinya bangsa ini jika semua anak-anak kecil dan para siswa SMP atau SMA seperti ini kondisinya??? Pupus sudah cita-cita kebangkitan bangsa ini. Apakah ini semua harus terjadi secara berkelanjutan?? Apakah kita semua ingin kondisi kaum muda seperti ini?? Apakah kita tidak ingin melihat kebangkitan bangsa ini nantinya akan dipelopori oleh kaum muda?? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Kebangkitan ini semua bergantung pada diri kita. Sesuai dengan suatu ayat pada manuskrip yang begitu sakral, Al-Qur’anul Karim, yakni “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”.

Fakta-fakta tentang kemorosotan moral, intelektual, dan spiritual kaum muda yang dipaparkan di atas bukanlah suatu hal yang absolut tidak bisa diubah. Masih banyak jalan menuju Roma, begitu pula dengan kebangkitan pemuda, masih banyak cara menujunya. Peluang itu masih terbuka lebar sebenarnya asalkan kita yakin dan berusaha. Hal ini diperkuat oleh Dr. Yusuf Al Qardhawi dan Dr. Adnan Oktar alias Harun Yahya yang pernah berkata bahwa suatu saat nanti kebangkitan akan kembali terulang dan kebangkitan tersebut akan terjadi dan diawali di negeri sebelah timur nun jauh disana, yakni Indonesia. Begitu banyak memang tantangan yang harus kita hadapi sebelum itu semua terwujud. Akan tetapi tantangan tersebut bukan untuk diratapi melainkan harus dihadapi dengan kepala tegak, optimisme, dan keyakinan yang kuat. Bung Karno pernah berkata pada dunia, “Berikan Aku sepuluh orang pemuda maka akan aku taklukkan dunia”.. Dari sekian banyak pemuda saat ini yang tenggelam dalam lumpur kemaksiatan dan keterpurukan, masih ada beberapa kumpulan kaum muda yang terus memelihara semangat revolusi dan renovasi peradaban. Bulan Mei 2008 yang lalu, kita semua dapat melihat gelombang pergerakan pemuda yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Indonesia melakukan aksi simpatik terhadap segala permasalahan bangsa. Para Mahasiswa menyuarakan TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat) yang berisikan tujuh poin yang harus segera dituntaskan oleh pemerintah. Salah satunya adalah praktik mafia peradilan, kasus BLBI, dan kasus Lumpur Lapindo. Bangsa ini belum kehilangan para pemudanya yang masih memiliki semangat kepahlawanan. Pemerintah pun menyadari pentingya peran pemuda. Pemerintah SBY-Kalla merumuskan sebuah departemen kementerian yang concern terhadap permasalahan pemuda, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga. Dengan adanya kementerian ini, 80 tahun kontribusi pemuda dalam kepemimpinan bangsa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Tentunya, upaya baik ini harus mendapatkan dukungan penuh dari semua instansi pendidikan dan elemen masyarakat luas.

Bagaikan sebuah gedung pencakar langit yang berdiri kokoh. Gedung tersebut membutuhkan pipar-pilar yang solid dan kompak memperkokoh bertenggernya gedung tersebut di atas permukaan tanah. Tidak roboh maupun goyah sedikitpun jika dihempas angin dan badai. Begitu pula halnya dengan bangsa ini. Bangsa ini akan berdiri kokoh jika memiliki pilar-pilar yang solid pula menyokong keutuhan bangsa ini. Pilar-pilar bangsa ini diyakini berada pada pundak para pemuda-pemudanya. Artinya pemuda memiliki tanggung jawab besar dalam membangun bngsa ini, diawali dengan sebuah kebangkitan pemuda dalam segala aspek kehidupan. Pilar-pilar kebangkitan Pemuda yang patut segera dilaksanakan adalah membagun kecakapan spiritualitas, moralitas, dan intelektualitas pemuda. Nilai-nilai spiritualitas harus dimiliki oleh seorang pemuda agar semua pengorbanan yang dikeluarkan berdasarkan keikhlasan dan kesungguhan yang mendalam tanpa putus asa dan penyesalan. Segenap energi yang dikeluarkan selalu dimaknai dan diilhami sebagai wujud syukur dan pengabdian tertingginya pada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga dalam melakukan pengorbanan, pemuda tidak perlu dibayar dengan gaji bulanan atau cek berisikan jutaan rupiah. Ustad Jefri Bukhari merupakan seorang sosok pemuda yang baik dalam segi spiritualitasnya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kedua, pemuda impian adalah pemuda yang memiliki nilai-nilai moral yang mulia pula. Tutur kata, sikap maupun perbuatan yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku merupakan prasyarat untuk menjadi pemuda harapan bangsa. Menhormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan menghargai antar sesama pemuda merupakan prasyarat lainnya yang harus dilengkapi. Bagi pemuda yang tertarik untuk memilikinya, semuanya ‘free of charge’ yang dapat dimiliki dari sekolah kehidupan yang ada. Dengan moral yang baik, para pemuda akan lahir menjadi sosok pemimpin dengan budi pekerti yang luhur, good behavior atau akhlakul karimah dalam bahasa Arab. Pemuda seperti ini akan menjadi panutan dan kebanggan kaum tua. Bapak Hidayat Nur Wahid merupakan sosok yang patut diacungi jempol dalam hal tutur katanya dan perilakunya yang begitu mempesona.

Ketiga, intelektualitas tidak kalah pentingnya dalam menyusun pilar-pilar kebangkitan pemuda. Bangsa ini membutuhkan tenaga-tenaga muda yang intelek untuk mengisi pos-pos pembangunan sesuai dengan keahlian, keilmuan,dan keterampilan mereka. Institutsi pendidikan pastinya memiliki peranan yang cukup penting dalam membangun kecakapan intelektualitas kaum muda. Tentunya dengan biaya pendidikan yang relatif terjangkau, pengarahan dan bimbingan yang intensif dan kurikulum yang benar-benar menggali dan mengeksplorasi minat dan bakat pemuda. Prof. Ir. Habiebie merupakan intelektual Indonesia yang membawa harum nama bangsa ke dalam kancah dunia pengetahuan internasional dikarekan reputasinya yang besar dalam dunia pengetahuan. Nama beliau digunakan sebagai nama satuan standar internasional untuk keretakan pesawat.

Ketiga pilar kebangkitan ini harus segera dilakukan sejak dini agar berbekas bahkan tertanam kuat dalam jati diri para pemuda. Tidak hanya institusi pendidikan formal dan Kementerian Pemud Olahraga saja, pendidikan non-formal juga mengemban tugas yang sama bobotnya. Selain itu, pendidikan keluarga menjadi basis utama dalam mendidik seorang pemuda. Keluarga seharusnya dapat menjadi instansi pendidikan sesungguhnya, sedangkan institusi lain hanya dijadikan sebagai pelengkap. Character building dan pendewasaan pola pikir sepenuhnya terbentuk dalam lingkungan keluarga yang kondusif dan peran lingkungan yang baik. Jangan tunda, ragu-ragu, ataupun menunggu. Sesuai dengan kata Abdullah Gymnastiar, mulailah dari diri sendiri; mulailah dari hal-hal yang kecil; dan mulailah sekarang juga. Dengan menerapkan hal ini, kebangkitan pemuda maupun Indonesia tidak hanya menjadi dongeng belaka yang selalu diprediksi oleh para cendekiawan, tetapi akan menjadi sebuah realita yang nyata, tertorehkan dengan tinta emas dalam catatan sejarah manusia.

Dengan moral yang luhur, intelektual yang mantap, dan spiritual yang kuat, pemuda impian yang menjunjung tinggi kebaikan, keadilan, dan kesejahteraan akan tumbuh satu per satu memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban serta melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa menuju kebangkitan yang hakiki. Suatu saat nanti, dunia ini akan melihat panji-panji kemenangan dan obor-obor semangat kebangkitan akan diusung kuat oleh kaum-kaum muda. Apakah pemuda bisa? Asalkan ada kemauan dan kemampuan, kita yakin pemuda pasti bisa.

Seorang pemuda yang berjiwa ksatria akan selalu berkata seperti ini, “Jika ada 100 pejuang, maka aku termasuk di dalamnya; jika hanya ada 10 orang pejuang, maka Aku pun masih berada di dalamnya; jika hanya ada satu orang pejuang yang tersisa, maka itu pastilah AKU”.



Kamis, 15 Januari 2009

Arti sebuah keberagaman

Assalamu'alaikum sahabat chiasma!

Alhamdulillah, akhirnya setelah menunggu sekian lama, tercipta juga sebuah blog yang insyaAllah nantinya bisa jadi wadah segala untaian-untaian kata yang tak sempat tercurahkan serta menjadi wadah dakwah multimedia berguna bagi sahabat CHIASMA, aamiin

Okay, chiasma mau sedikit berbagi nih tentang "arti sebuah keberagaman".

Keberagaman merupakan suatu hal yang pasti di dunia ini dan gak mungkin untuk dielakkan apalagi dihilangkan. Karena Allah swt sendiri telah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13 yang atinya
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"

Coba saja kita lihat bangsa kita, Indonesia, terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki sejuta keragaman. Mulai dari fauna, flora, bahasa, suku, warna kulit sampai makanan tradisional dan gaya rumah adat. tak salah memang jika bangsa ini punya slogan "Bhinneka Tunggal Ika = walaupun berbeda kita tetap satu jua". Chiasma berpendapat bahwa keberagaman seperti ini adalah keberagaman yang sifatnya FISIK. Karena perlu diketahui bahwa ada juga definisi keberagaman secara NON FISIK. Mau tau apa?? Let's we check it out...

Kalau menyatukan orang-orang yang beragam secara fisik tidaklah begitu sulit chiasma rasa. Betul nggak?? Yang sulit itu kalau menyatukan orang-orang yang beragam secara non-fisik. Keberagaman ini dilandasi oleh sebuah pemahaman dan doktrin yang begitu melekat kuat. dengan kata lain adalah keberagaman IDEOLOGI. Nah ini dia nih yang cukup sulit untuk disatukan, bahkan bisa dikatakan tidak mungkin untuk disatukan karena masing2 ideologi memiliki kepentingan dan tujuannya masing2 yang benar2 berseberangan satu sama lainnya. Yah kadang ada juga sih yang tujuannnya sama tapi cara yang dilakukan is totally diferent. Banyak ideologi yang ada di dunia saat ini, sebut saja KAPITALISME, KOMUNISME yang ada irisan besar dengan MARXISME DAN LENINISME, LIBERALISME, ORIENTALISME, ISLAMISME, dan masih banyak lagi lainnya. InsyaAllah nanti coba kita bahas satu per satu secara objektif masing2 ideologi-ideologi tesebut in the next post of chiasmataberkata.

Terlepas dari itu semua, satu hal yang perlu kita sadari dan pahami bahwa keberagaman secara fisik maupun non fisik adalah sebuah fitrah dan rahmat dari Allah SWT. Keberagaman layaknya warna warni bunga yang menghiasi sebuah taman yang indah. Semakin berwarna-warni, maka semakin indah taman itu. Nah sekarang tinggal kitanya saja yang dituntut untuk bisa mengelola keberagaman yang ada agar bisa saling sinergis dan simbiosis mutualisme bukan untuk saling menindas dan saling berperang..Yah, kalo perang argumentasi dan pendapat sah-sah aja chiasma rasa, asal jangan sampe adu jotos aj.

Ok deh, sahabat chiasma segini dulu ya sampe ketemu di post chiasmataberkata berikutnya!
Salam Hangat, Salam Kehangatan dalam Keberagaman

Warm regards,

Chiasmataberkata
Optimis dan Produktif