Minggu, 18 Januari 2009

Pertanian untuk PEMUDA

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, dunia pertanian menjadi salah satu aspek kehidupan yang penting dan telah menjadi sorotan utama dalam mengawali sebuah pembangunan perekonomian suatu negara, khususnya negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina. Dunia pertanian tidak lagi dipandang sebelah mata. Sejarah telah membuktikan bahwa sebelum terlaksananya revolusi industri, revolusi hijau terjadi lebih dahulu. Akan tetapi, waktu pun berlarut, ketika revolusi industri hadir ke permukaan, semua stake holders beralih pada segala aktivitas industri atau aktivitas hilir dan mulai meninggalkan lahan-lahan pertanian. Alhasil, lahan-lahan pertanian pun terbengkalai, berdampak pada produksi pertanian yang mengalami penurunan serta melahirkan sebuah paradigma baru. Paradigma baru yang mulai tertancap di benak para pemuda dan masyarakat umum lainnya. Paradigma ini berkata bahwa dunia industri lebih berperan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara dan dunia ini lebih bergengsi daripada dunia pertanian yang notabene berada di atas sawah dengan lumpur yang kotor dan kerbau yang bau. Bagai kacang lupa dengan kulitnya. Kemajuan dunia industri bukanlah disebabkan semata-mata oleh kerja keras peindustri melainkan banyak kontribusi dan sumbangsih yang berarti dari dunia pertanian kepada dunia industri. Konsep hulu-hilir merupakan sebuah syarat kemajuan dunia pertanian maupun dunia industri. Tanpa industri, pertanian masih bisa bertahan walaupun tidak dapat begitu berkembang. Namun, tanpa pertanian, industri akan mati lumpuh dikarenakan tidak ada suplai bahan baku yang tersedia. Ternyata, kebenaran konsep ini terbukti. Ditengah-tengah hiruk pikuk kemajuan industri, dunia pertanian kembali menjadi sorotan utama dan diyakini memiliki peranan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Amerika Serikat dan Jepang merupakan role model yang baik dalam penerapan konsep hulu-hilir ini. Kita ketahui bahwa AS merupakan negara produsen terbesar jagung dan gandum. AS pula merupakan produsen terbesar tepung gandum yang diimpor oleh Indonesia sebagai bahan baku pembuatan mie instan ala Indofood, indomie, supermie, sarimie, dan masih banyak lagi jenisnya.
Kesadaran akan pentingnya dunia pertanian ini tidak sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya para pemuda. Banyak para pemuda yang memiliki latar belakang keluarga petani telah enggan untuk kembali bersawah meneruskan jejak langkah nenek moyangnya. Apalagi pemuda yang memiliki latar belakang kehidupan keluarga yang glamour tidak pernah sekalipun melihat sawah karena telah tumbuh dan besar sekitar kota yang dihiasi gedung-gedung tinggi pencakar langit. Para pemuda saat ini beranggapan bahwa profesi sebagai seorang petani adalah sebatas profesi bagi orang kampung dan orang-orang tua saja. Pemuda lebih tertarik untuk berprofesi sebagai seorang eksekutif muda, dokter, pokoknya semua profesi yang terbilang bergengsi. Pemuda belum sepenuhnya memahami dunia pertanian dalam artian yang luas. Hal ini tidaklah salah, hanya saja bukan berarti tidak ada satupun para pemuda yang peduli terhadap pertanian. Seiring dengan arus globalisasi yang begitu deras menelusuri semua penjuru kota bahkan desa, dunia pertanian kian dilupakan karena para pemuda sudah terlalu diracuni oleh gaya-gaya hedonisme dan materialisme. Pemuda kini hanya ingin menjadi seorang yang berduit dengan sekali kejapan mata, serba instan dan tanpa kerja keras. Tentu, karakter ini amat bertolak belakang dengan falsafah pertanian yang menjunjung tinggi kerja keras dan kedisiplinan. Pemuda-pemuda terpelajar yang tengah duduk di bangku sekolah maupun kuliah selalu beranggapan bahwa pertanian adalah terjun ke sawah atau ladang dengan cangkul, caping, dan sepasang kerbau yang sedang membajak sawah. Begitu sempitnya pandangan ini! Kenapa para pemuda memiliki minat dan perhatian yang minim terhadap pertanian??? Karena bayangan yang dalam mata mereka pertanian hanyalah sebatas seperti itu. Pemerintah dan aparaturnya seharusnya dapat mensosialisasikan kepada masyarakat luas, khususnya kaum muda, tentang arti pertanian dalam artian yang luas. Dunia pertanian sendiri sebenarnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu On Farm dan Off Farm. On Farm adalah segala aktivitas pertanian yang berada di alam terbuka atau di atas lahan-lahan pertanian. Sedangkan, off farm adalah segala aktivitas pertanian yang berada pada alam terttutup, maksudnya aktivitas petanian yang merambah ke dunia industri. Terkenal dengan sebutan agroindustri. Dengan kata lain, off farm adalah aktivitas para petani ‘berdasi’. Nah, pengertian tentang off farm inilah yang belum begitu dipahami penuh oleh para pemuda sehingga minat pemuda amat kurang dalam dunia pertanian. Jika pemuda mengetahui pengertian pertanian dalam artian yang luas ini dan menyadari betapa pentingnya dunia pertanian dalam perekonomian bangsa, para pemuda pasti akan berkejaran merebut peluang-peluang usaha dalam pertanian. Kini sudah saatnya, pemuda berperan lebih dalam pertanian dengan mengisi pos-pos yang dibutuhkan. Sempitnya peluang kerja pada bidang non-pertanian, pemuda seharusnya membuka mata pada dunia pertanian yang terbuka lebar dan juga amat prospektif ini apalagi didukung dengan hamparan agraris Indonesia yang begitu luas. Adanya hubungan simbiosis mutualisme antara pemuda dan pertanian merupakan sebuah hal yang tidak bisa dipungkiri. Pemuda membutuhkan pertanian dan pertanian tanpa pemuda bagaikan mesin tanpa bahan bakar.
Pemuda begitu diharapkan oleh kaum golongan tua untuk bergerak membawa perbaikan dan perubahan menuju sebuah kebangkitan. Tentunya, harapan ini jatuh pada kaum muda yang memiliki intelektualitas, moralitas, dan spiritualitas yang tinggi. Kaum muda yang memiliki ketiga komponen tersebut, diyakini oleh masyarakat, adalah mahasiswa. Kenapa mahasiswa?? Karena mahasiswa adalah salah satu elemen masyarakat yang masi memiliki semangat yang berkobar, idealisme yang kuat, dan cita-cita yang tinggi. Boedi Utomo dan Serikat Islam adalah organisasi pemuda intelek yang berani melawan penjajahan Belanda. Tritura, Tiga Tuntutan Rakyat, mendesak rezim orde lama untuk segera membubarkan PKI dan menurunkan harga sembako. Reformasi yang digalang oleh mahasiswa juga berperan menjatuhkan rezim orde baru. Revolusi Perancis, revolusi industri Inggris, jatuhnya Konstantinopel, majunya Khalifah Islamiyah adalah prestasi kaum-kaum muda yang intelek, bermoral, dan berspiritual. Akankah kebangkitan kelak akan diawali pula oleh kaum muda?? Akankah kemajuan pertanian dan perekonomian akan dipelopori oleh kaum muda?? Semua mata kini tertuju pada kaum muda, baik pihak yang ingin meracuni kaum muda dengan ‘virus-virus peradaban’ maupun pihak yang hendak mendongkrak prestasi kaum muda dengan ‘mutiara-mutiara peradaban’. Asalkan para kaum muda mau dan yakin , pasti cita-cita bangsa ini akan terwujud. Pemuda pasti bisa!!
Dalam menyalurkan segala bakat dan minat kaum muda – mahasiswa - serta mengeksplorasi potensi-potensi kepemimpinan mahasiswa, mahasiswa membutuhkan sebuah wadah yang independen, legal,dan dinamis dalam lingkungan kampus. Wadah ini dipercaya adalah organisasi kemahasiswaan. Sudah begitu banyak organisasi kemahasiswaan yang terbentuk sampai hari ini, baik organisasi internal maupun eksternal kampus. Beberapa contoh organisasi internal kampus yang paling berpengaruh adalah Badan Eksekutif Mahasiswa atau Senat, Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan Himpunan Profesi. Sedangkan beberapa contoh organisasi eksternal kampus yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Gerakan Nasionalis Pemuda Indonesia (GNPI). Semua organisasi kemahasiswaan ini berperan penting dalam menggali dan menyalurkan potensi. Semua organisasi ini juga memiliki ciri khas dan caranya masing-masing dalam melakukan ‘manuver-manuver’ aktivitas pergerakan organisasinya. Sudah begitu banyak pula prestasi-prestasi yang diberikan oleh organisasi kemahasiswaan bagi kampus, masyarakat, dan lingkungan sektitar. Bakti Sosial, penanaman sejuta pohon, santunan anak yatim, penyuluhan kesehatan, dan berbagai bentuk pengabdian masyarakat lainnya. Tidak hanya bergelut dalam aspek social responsibility, tetapi mahasiswa dalam keikutsertaannya melalui organisasi kemahasiswaan juga telah membuktikan bahwa mereka juga turut serta memperkaya khasanah ilmu pengetahuan melalui penelitian dan uji coba. Lebih dari itu, organisasi kemahasiswaan juga berperan aktif dalam menanggapi isu-isu nasional maupun internasional yang terjadi baik isu-isu yang terkait dengan dunia politik,ekonomi, hukum, HAM, maupun pertanian yang akhir-akhir ini menjadi sorotan sentral bagi kemajuan perekonomian dunia, khususnya negara-negara berkembang, seperti Indonesia.
Dalam mewujudkan pembangunan pertanian dunia yang menyeluruh dan signifikan, peran serta mahasiswa dan keorganisasian kemahasiswaan merupakan sebuah keharusan dan kepastian. Hal ini dikarenakan pertanian membutuhkan insan-insan yang berjiwa muda dan ksatria untuk berkorban sekuat tenaga dan pikiran demi kemajuan dunia pertanian. Tanpa peran serta mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan, pemerintah dan lembaga terkait akan berjalan lumpuh dan berjuang secara parsial tidak secara integral atau menyeluruh. Kita ketahui bahwa untuk memajukan dunia pertanian dibutuhkan sebuah inovasi-inovasi yang biasanya sering lahir dari ide-ide insan-insan muda, seperti mahasiswa. Mahasiswa pun tidak bisa dilepas begitu saja. Mahasiswa juga membutuhkan arahan dan bimbingan dari pemerintah dan lembaga profesional terkait untuk duduk dan berjuang bersama memajukan pertanian, menuju kepemimpinan unggulan pertanian tropika ASEAN 2015. Saya rasa hal ini bukanlah suatu yang tidak mungkin dicapai dikarenakan segenap potensi dan kemampuan mahasiswa dalam memajukan pertanian sudah dibuktikan melalui beberapa temuan produk pertanian dan rekomendasi-rekomendasi pembangunan pertanian sebagai hasil dari kajian-kajian tentang pertanian yang dilakukan secara intensif oleh mahasiswa. O-Belt Tresher merupakan bukti konkret kontribusi pemuda bagi dunia pertanian. Sebuah alat mesin pertanian yang berfungsi sebagai mesin perontok padi. Lalu beberapa rekomendasi mahasiswa yang tergabung dalam BEM-SI bagi pengentasan masalah krisis pangan yang melanda dunia dan beberapa daerah di Indonesia beberapa bulan yang lalu. Ini semua merupakan bentuk kepedulian mahasiswa dalam menanggapi isu-isu terkait pertanian. Ini memang bukanlah sebuah karya besar yang dapat disandingkan dengan karya-karya para pahlawan kemerdekaan, tetapi karya ini juga patut diacungi jempol dan didukung sepenuhnya agar lahir kembali inovasi-inovasi yang diharapkan dapat menjadi solusi atau jalan keluar dari sekelumit permasalahan pertanian yang ada. Sudah saatnya kini pemerintah dan swasta menggandeng mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan dalam melakukan segala proyek-proyek pembangunan bangsa ini, khususnya pertanian tropika. Yakinlah bahwa diantara pemuda yang enggan bergelut dalam dunia pertanian, masih ada beberapa pemuda yang peduli dan antusias berjuang dan berkorban demi kemajuan dunia pertanian. Hidup pemuda Indonesia, hidup pertanian-ku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar